Selasa, 19 Februari 2013

Kabinet Silih Berganti

Kecenderungan partai-partai untuk saling menjatuhkan mengakibatkan masa Demokrasi Liberal ditandai oleh kabinet yang berumur pendek. Setelah memerintah dalam waktu singkat, suatu kabinet jatuh dan digantikan oleh kabinet lain yang bernasib serupa. Kabinet yang pernah memerintah selama Demokrasi Liberal adalah sebagai berikut :

>.   Kabinet Natsir ( September 1950 – Maret 1951 ).

Kabinet ini dipimpin oleh Mohammad Natsir, sebagai perdana menteri. Kabinet ini didominasi oleh Partai Masyumi. Kabinet mulai goyah sejak kegagalan dalam perundingan dengan Belanda mengenai Irian Barat. Kabinet jatuh setelah PNI mengajukan mosi tidak percaya menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah tentang DPRD dan DPRDS
.
        >.   Kabinet Sukiman ( April 1951 – April 1952 ).

Kabinet ini dipimpin oleh Sukiman Wiryosanjoyo, sebagai perdana menteri. Kabinet        merupakan koalisi PNI dan Masyumi. Kabinet mulai goyah akibat adanya kesempatan antara Menlu Subandrio dan Duta Besar AS Merle Cohran tentang bantuan ekonomi dan mileter. Kabinet dicecar tuduhan menyelewengkan Indonesia dari politik luar negeri bebas dan aktif. Setelah PNI dan Masyumi menarik dukungannya, kabinet ini pun jatuh.

         >.   Kabinet Wilopo ( April 1952 – Juni 1953 ).

Kabinet ini dipimpin oleh Mr. Wilopo, sebagai perdana menteri. Kabinet ini merupakan Zaken kabinet, karena terdiri atas para pakar yang ahli di bidangnya. Kabinet mengalami tantangan berat, berupa gerakan separatisme di sejumlah daerah. Ujian paling berat adalah Peristiwa 17 oktober 1952 dan peristiwa Tanjung Morawa. Kedua peristiwa itulah yang membuat kabinet ini jatuh.

           >.   Kabinet Ali Sastroamijoyo I ( Juli 1953 – Juli 1955 ).

Kabinet ini dipimpin oleh Ali Sastroamijoyo, sebagai perdana menteri. Kabinet merupakan koalisi PNI dan NU. Kabinet menghadapi ujian berat berupa kemelut dalam tubuh angkatan darat. Namun, kabinet ini sempat menunjukkan prestasi, berupa penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955. Memuncaknya krisis ekonomi dan perseteruan antara PNI dan NU membuat NU menarik dukungannya terhadap kabinet sehingga kabinet ini pun jatuh.

           >.   Kabinet Burhanuddin Harahap ( Agustus 1955 – Maret 1956 ).

Kabinet ini dipimpin oleh Burhanuddin Harahap, sebagai perdana menteri. Prestasi yang menonjol dari kabinet ini adalah penyelenggaraan Pemilu I yang amat demokratis. Selain itu, kabinet menunjukkan keunggulan Indonesia dalam diplomasi perjuangan Irian Barat, dengan pembubaran Uni Indonesia – Belanda. Namun, Pemilu I tidak menghasilkan dukungan yang cukup terhadap kabinet ini sehingga jatuh.

           >.   Kabinet Ali Sastroamijoyo II ( Maret 1956 – Maret 1957 ).

Kabinet ini dipimpin oleh Ali Sastroamijoyo, sebagai perdana meteri. Kabinet koalisi PNI, Masyumi dan NU itu merupakan kabinet pertama setelah Pemilu I. Kabinet menghadapi pergolakkan di daerah yang semakin menguat, berupa pembentukan dewan militer di Sumatera dan Sulawesi. Mundurnya sejumlah menteri asal Masyumi membuat kabinet jatuh
.
           >.   Kabinet Karya atau Juanda ( April 1957 – Juli 1959 ).

Kabinet di pimpin oleh Juanda, sebagai perdana menteri. Kabinet terdiri atas para pakar di bidangnya sehingga disebut zaken kabinet. Kabinet ini memiliki program bernama Panca Karya sehingga memperoleh sebutan Kabinet Karya. Kabinet menjadi demisioner saat presisiden mencanangkan dekrit pada bulan Juli 1959. ***** ( E - Kar )

                       Suasana pengambilan sumpah Burhanuddin Harahap sebagai perdana menteri

                
                        Generasi Penerus Pejuang Negara Kesatua Republik Indonesia
                                               ( GPP - NKRI )  Pebruari 2013
       

          

1 komentar: