Kecenderungan
partai-partai untuk saling menjatuhkan mengakibatkan masa Demokrasi Liberal
ditandai oleh kabinet yang berumur pendek. Setelah memerintah dalam waktu
singkat, suatu kabinet jatuh dan digantikan oleh kabinet lain yang bernasib
serupa. Kabinet yang pernah memerintah selama Demokrasi Liberal adalah sebagai
berikut :
>. Kabinet Natsir ( September 1950 – Maret 1951
).
Kabinet ini
dipimpin oleh Mohammad Natsir,
sebagai perdana menteri. Kabinet ini didominasi oleh Partai Masyumi. Kabinet
mulai goyah sejak kegagalan dalam perundingan dengan Belanda mengenai Irian
Barat. Kabinet jatuh setelah PNI mengajukan mosi tidak percaya menyangkut
pencabutan Peraturan Pemerintah tentang DPRD dan DPRDS
.
>. Kabinet Sukiman ( April
1951 – April 1952 ).
Kabinet
ini dipimpin oleh Sukiman Wiryosanjoyo,
sebagai perdana menteri. Kabinet merupakan
koalisi PNI dan Masyumi. Kabinet mulai goyah akibat adanya kesempatan antara
Menlu Subandrio dan Duta Besar AS Merle Cohran tentang bantuan ekonomi dan
mileter. Kabinet dicecar tuduhan menyelewengkan Indonesia dari politik luar
negeri bebas dan aktif. Setelah PNI dan Masyumi menarik dukungannya, kabinet
ini pun jatuh.
>. Kabinet Wilopo ( April
1952 – Juni 1953 ).
Kabinet
ini dipimpin oleh Mr. Wilopo,
sebagai perdana menteri. Kabinet ini merupakan Zaken kabinet, karena terdiri
atas para pakar yang ahli di bidangnya. Kabinet mengalami tantangan berat,
berupa gerakan separatisme di sejumlah daerah. Ujian paling berat adalah
Peristiwa 17 oktober 1952 dan peristiwa Tanjung Morawa. Kedua peristiwa itulah
yang membuat kabinet ini jatuh.
>. Kabinet Ali Sastroamijoyo
I ( Juli 1953 – Juli 1955 ).
Kabinet
ini dipimpin oleh Ali Sastroamijoyo,
sebagai perdana menteri. Kabinet merupakan koalisi PNI dan NU. Kabinet
menghadapi ujian berat berupa kemelut dalam tubuh angkatan darat. Namun,
kabinet ini sempat menunjukkan prestasi, berupa penyelenggaraan Konferensi Asia
Afrika pada tahun 1955. Memuncaknya krisis ekonomi dan perseteruan antara PNI
dan NU membuat NU menarik dukungannya terhadap kabinet sehingga kabinet ini pun
jatuh.
>. Kabinet Burhanuddin
Harahap ( Agustus 1955 – Maret 1956 ).
Kabinet
ini dipimpin oleh Burhanuddin Harahap,
sebagai perdana menteri. Prestasi yang menonjol dari kabinet ini adalah
penyelenggaraan Pemilu I yang amat demokratis. Selain itu, kabinet menunjukkan
keunggulan Indonesia dalam diplomasi perjuangan Irian Barat, dengan pembubaran
Uni Indonesia – Belanda. Namun, Pemilu I tidak menghasilkan dukungan yang cukup
terhadap kabinet ini sehingga jatuh.
>. Kabinet Ali Sastroamijoyo
II ( Maret 1956 – Maret 1957 ).
Kabinet
ini dipimpin oleh Ali Sastroamijoyo,
sebagai perdana meteri. Kabinet koalisi PNI, Masyumi dan NU itu merupakan
kabinet pertama setelah Pemilu I. Kabinet menghadapi pergolakkan di daerah yang
semakin menguat, berupa pembentukan dewan militer di Sumatera dan Sulawesi.
Mundurnya sejumlah menteri asal Masyumi membuat kabinet jatuh
.
>. Kabinet Karya atau Juanda
( April 1957 – Juli 1959 ).
Kabinet
di pimpin oleh Juanda, sebagai
perdana menteri. Kabinet terdiri atas para pakar di bidangnya sehingga disebut
zaken kabinet. Kabinet ini memiliki program bernama Panca Karya sehingga
memperoleh sebutan Kabinet Karya. Kabinet menjadi demisioner saat presisiden
mencanangkan dekrit pada bulan Juli 1959. ***** ( E - Kar )
Generasi Penerus Pejuang Negara Kesatua Republik Indonesia
( GPP - NKRI ) Pebruari 2013
Thanks infonya, sangat brmanfaat!
BalasHapus