Minggu, 13 Juli 2014

DISKUSI KONTEMPORER BAGIAN IV ( TERAKHIR )

                                                      Oleh : BUDI NASKAWAN


Mengamati persoalan bangsa dan Negri tercinta Indonesia Jaya :

Pada hari ini setelah Pil-pres 9 Juli 2014 ada catatan yang ingin kuungkap dari sanubari hati yg paling dalam. Bahwa terjadi euforia Demokrasi yg boleh jadi akan berpotensial membuat bangsa ini ter-kotak-kotak. Hampir semua berfikiran se-olah-olah tantangan sebagai Presiden itu Cuma jangka pendek dan mudah, padahal kita menghadapi persoalan BESAR dalam dunia GLOBAL, seperti : Krisis Pangan, Krisis Energi, Krisis sistim Ekonomi, Krisis Penegakan dan kepastian HUKUM (Korupsi, narkoba, renegosiasi  Kontrak-kontrak yg merugikan), Krisis HANKAMNAS dan Kedaulatan Negri (Pelanggaran wilayah maritim, pencurian kekayaan Laut, Alutista yg minim dan dilecehkan), Krisis Ekologi dan Lingkungan hidup, Krisis birokrasi dan pelayanan Masyarakat (Pendidikan, Kesehatan , Perizinan, Perumahan, lapangan kerja) , dan Ketahanan kita dari ARUS GLOBAL (sebuan Pasar dan Tenaga kerja Asing, Teknologi Konsumtif, dll).

Sungguh mengkhawatirkan karena ditinjau dari beberapa segi  KETAHANAN KITA SANGAT RENTAN.

                                            Mari kita kupas satu per satu :

1.Krisis Pangan :
      
         Kita harus jujur bahwa kita sudah jadi pengimpor pangan dalam kondisi keuangan yg penuh hutang, dari impor beras, daging, garam, gula, bawang, kedelai, jagung, jengkol, dll. aneh khan dari penghasil dan pemenuhan kebutuhan sendiri sampai keadaan ini akibatnya tempe, tahu dan kebutuhan hari-hari sangat mahal dan daya beli lemah. Kondisis perut lapar akan mudah disulut provokasi dan gawat,khan?
      Ini karena sistim pertanian kita yg jauh dari kebiasaan para leluhur kita tentang sistim pupuk yg salah kaprah, ijon, tengkulak yg mengatur harga, hilangnya lahan yg berubah jadi gedung-gedung property, pabrik-pabrik dll. Terlihat Regulasi Negara tak berpihak pada petani-nelayan-peternak-perikanan darat. UU Pertanahan yg merugikan petani dan menguntungkan kapitalis-kapitalis perkebunan, demo petani dimana-mana. Populasi penduduk yg makin besar, perambah-perambah hutan meraja lela, banyak lahan kritis, pencetakan sawah baru minim, Infrastruktur ke desa minim atau hampir terbengkalai dll. Ini belum bicara Teknologi dan Riset , sistim benih kacau waah..apalagi peternakan dan perikanan yg tradisionil kalah bersaing dengan pencuri-pencuri ikan dilaut, supplai solar mahal dsb.
Belum harga pangan yg tidak terlindungi, karena dipermainkan pasar LIBERAL.  Akhirnya vPETANI  YANG HARUSNYA  MENJADI TUAN  DINEGRINYA  SENDIRI  menjadi  BUDAK  PASAR  LIBERAL.

2. KRISIS ENERGI :
     
        Kebijakan Pemerintah soal Energi semuanya jangka pendek dan tunduk pada sistim Liberal, dari hulu sampai hilir. Sistim energi minyak bumi yg dinikmati investor asing sangat dominan, alasan tak punya modal, penggalian meraja lela sehingga cadangan minyak kita hampir habis. Kebutuhan Premium dan Gas kita (LPG) impor penuh dengan harga PASAR tapi disubsidi (yg salah sasaran) untuk kebutuhan dalam negri. Kenapa? karena kita telat membangun Refanery minyak dinegri sendiri (biasa alasan modal). Kenapa BUMN kita tak bisa? Pertamina hanya bekerja jangka pendek bukan jangka panjang ini juga berhubungan politik yg keluar dari sistim HALUAN NEGARA DARI REPELITA KE REPELITA SELANJUTNYA. Kalau jangka panjang ntar dibilang Presiden ga sukses dan berpegang hanya pada MISI dan VISI 5 tahunan.

Diversifikasi Energi tidak tuntas dilakukan (Listrik banyak pakai PLTD yg makan minyak bumi). Padahal kita kaya sumber Energi AIR, BATUBARA, GAS ALAM, PANAS BUMI kenapa? Alasan modal, regulasi tabrakan dengan hutan lindung dan Ekologi dll. Yang Komprehensip lah , DUDUK BERSAMA SATU ATAP. Masa sih AHLI-AHLI kita tidak ada, atau lari keluar Negri karena tak diperhatikan. Pendidikan kita carut marut untuk mencetak ahli-ahli Tingkat MENENGAH. Ini belum bicara bocornya pada KORUPSI dan cara BISNIS yg tidak WIN-WIN SOLUTION DENGAN INVESTOR ASING.
Belum bicara DISTRIBUSI yg tidak terencana baik, harga di PAPUA bisa tinggi karena biaya transportasi. Harus ada Regulasi pemenuhan ENERGI di sumber Energi sebelum di kirim keluar (DESENTRALISASI). Tiap provinsi pasti punya keunggulan untuk BARGAINING. Entah produk Industri, pertanian, SDA dsb. Di Kampung-kampung Nelayan terpencil, kenapa tak dikembangkan BIOFUEL? sehingga punya alternatip yg murah, dan ini akan ada dampak LAPANGAN KERJA.Subsidi BBM digunakan warna tertentu dan di RAZIA DENGAN DENDA BESAR.

3.KRISIS EKONOMI :
    
       Kapan bisa ADIL MAKMUR GEMAH RIPAH LOH JINAWI kalau pengelolaan EKONOMI PINCANG, dan kalau kita jujur kita ini masih dalam PENJAJAHAN EKONOMI BAIK KAPITALIS LOKAL MAUPUN GLOBAL. Fundamental Ekonomi kita tak bisa stabil karena CUMA DIATAS KERTAS,  Regulasi DEVISA BEBAS TANPA BATAS sehingga dimainkan investor asing keluar masuk uang SE ENAKNYA dan NILAI RUPIAH TERUS TAK KAN STABIL. INDIA menerapkan regulasi UANG ASING BOLEH MASUK SE BANYAK-BANYAKNYANYA TAPI KELUAR DIBATASI dan berhasil. Bursa Saham dimainkan kalau PRESIDENNYA  A baik, B buruk atau kebalikannya suka-suka mereka. SEKTOR RIIL yg saya katakan ARMADA SEMUT SEBETULNYA ADALAH SOKO GURU EKONOMI KITA (KOPERASI), di HONGARIA BERHASIL, kenapa kita tidak? Karena mereka dilindungi Regulasi BUNGA BANK dan PROFESIONAL ISME  akhirnya di hasilkan KEUNTUNGAN BANYAK ORANG (ADIL).  Di kita  Pengelolaan Ekonomi  tidak  KOMPREHENSIP (Yang ngurusi FISCAL sendiri, yg ngurusi MONETER sendiri dan ga nyambung).
      
 Belum bicara HUTANG LUAR NEGRI, yg punya pemerintah dan Swasta RASIOnya tak jelas, tahu-tahu sudah mencapai diatas 200 Milyar $ (? Mohon koreksi). Juga masalah Pengawasan BANK-BANK, tumbuhnya BANK-BANK Asing mendominasi perekonomian kita, dimana mereka mudah ngatur keluar masuknya UANG, sedangkan kita SULIT memasukkan UANG, regulasi kita barangkali penuh dendam pada investor bangsa sendiri (money Loundry kek, apa kek.) Masukkan dulu, peruntukkannya  JELAS bukan untuk yang melanggar hukum dsb. Gitu mestinya kalo perlu ada PEMUTIHAN ASAL UNTUK  PEMBANGUNAN NEGRI.Yang senang kan Rakyat NEGRI ini.
Saya tahu ngomong mudah tapi prakteknya sulit, tapi harus dimulai, kapan lagi?
                                  
                                    “ AKANKAH ADIL, MAKMUR, SEJAHTERA “
       (Akan disambung)
GENERASI PENERUS PEJUANG NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA 
 ( GPP-NKRI )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar