Kamis, 18 Juli 2013

DISKUSI KONTEMPORER BAGIAN III



Oleh : Budi Naskawan Alias Mohamad Khusnan.


Mari kita lanjutkan diskusi tentang NKRI yang saat ini makin tak menentu karena banyaknya oknum koruptor dan gencarnya propaganda Globalisme se-olah dewa penyelamat keadaan carut-marut negeri itu hanyalah mencekoki kita dalam “isseu” Liberalisme dalam Demokrasi Ekonomi yang tujuannya Negeri ini hanyalah pasar.
Produk-produk mereka dalam penyedotan kekayaan tambang dan perkebunan kita ( contohnya : Freeport,inco dll.lih.Freeport siapkan tambang bawah tanah terbesar didunia di Papua Finance.detik.com). Konon disini ada cadangan Emas sebanyak 2,5 Miliar Ton dapat bertambah terus. Dimana rencana kontrak akan diperpanjang sampai tahun 2057. Belum mengenai Perkebunan di Sumatra dan Kalimantan sudah dikelola oleh perusahaan asing banyaknya.
Mengapa kita perlu menyadari ini ? Kerena semua itu akan meninggalkan “sampah” yang merusak kelestarian siklus alam Hayati. Sangat berdampak pada EKOLOGI.
Maka pola Program Penanaman pohon-pohon di Daerah Aliran Sungai Citarum yang GPP-NKRI lakukan adalah Sebuah Cermin meng “gugah” kesadaran menciptakan karakter disiplin Pelestarian Alam yang ujung-ujungnya adalah kesejahteraan generasi selanjutnya dalam mengelola Negeri ini. Ini adalah salah satu” Praktek para Pancasilais” sejati seperti yang dicontohkan para pejuang pendahulu kita dalam manifestasi Cinta Tanah Air.
Kalau kita tengok sejarah panjang Proklamasi RI ini, misalnya “ Perjanjian Linggarjati” tanggal 25 Maret 1947 itu banyak makna upaya untuk mendapatkan”pengakuan internasinal” atas kedaulatan NKRI secara de facto menguasai Sumatera-Jawa-Madura adalah langkah awal menuju pengakuan keseluruhan pada KMB ( Komperensi Meja Bundar ) di Den Haag. Banyak sudah syuhada yang gugur membela kedaulatan tersebut, terutama saat-saat Agresi Militer Belanda dan itu yang terkenal adalah” Peristiwa Bandung Lautan Api” dimana pertahanan kita diawali di Sungai Citarum ini ( Dayeuhkolot ). Apakah pengorbanan para pejuang” Bandung Selatan” ini tak bermakna buat kita-kita yang sekarang masih hidup dijaman kemerdekaan ? Pengakuan Internasional itu telah diperjuangkan tegas-tegas oleh para pendahulu kita seperti tertulis oleh A.HACKWARTH dalam bukunya “Digest of International Law”.
Dalam kelahiranRepublik i ni (NKRI) tercatat bahwa Pemuda-pemuda saat itu sangat berjiwa Patriotisme, seperti kelompok-kelompok/Markas Pemuda yang saat itu terkenal sebutan Markas Angkatan Pemuda Indonesia (API) di jalan Menteng 31 Jakarta, lalu Asrama Mahasiswa Jakarta Ika Daigaku Jalan Prapatan 10 Jakarta, dan Asrama mahasiswa STI/Balai Muslimin Indonesia Jalan Kramat 19 Jakarta. Saat malam sudah Rapat Akbar di Lapangan IKADA, NICA mendirikan Batalyon X didekatnya dan Menteng 31 diserbu Jepang. Dan Balai Muslimin yang agak bebas, bisa mengirimkan Pemuda Pelopor ke Luar Jawa untuk menyatukan Cita-cita Mempertahankan NKRI.
Nah kita sebagai Generasi Penerus NKRI apa ga terpanggil untuk berbuat sesuatu untuk Negeri ini ? Boleh jadi Pola Program Penanaman dan Pelestarian Tanggul DAS citarum ini terlihat sepele, tapi makna yang terkandung didalamnya sesungguhnya Luar Biasa, karena kita memulai meniti sejarah dari Pejuang Mohamad Toha di Bandung Selatan ini. Insya Allah”Awalun” ini adalah dalam Rakhmat Allah swt.***** ( Ekar/GPP-NKRI ).

               GENERASI PENERUS PEJUANG NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
                                                           ( GPP - NKRI )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar