Kamis, 06 Juni 2013

Lanjutan DISKUSI KONTEMPORER MENCARI TITIK TEMU ............

               

                                   Oleh  : BUDI NASKAWAN Alias MOHAMAD KHUSNAN.

AKAR NUSANTARA

Mengenai etimologi AKAR, saya jadi ingat KUPASAN PANCASILA oleh BUYA HAMKA dalam menjelaskan tentang apa yang di amanatkan BUNG KARNO pada saat di Istana Negara, hari senin malam Selasa 7 Mei 1951. Beliau mengingatkan dalam berjuang menegakkan Negara harus bersatu – padu yang kokoh dan jangan ber-CERAI-BERAI, dan jadikanlah PANCASILA menjadi dasar menegakkan Negara. Karena banyak golongan yang berjuang hanya memakai satu saja dari lima sila Pancasila. Ada yang memakai KEADILAN SOSIAL saja dan mengabaikan yang lain, dan ada pula yang memakai KETUHANAN YANG MAHA ESA saja, yang lain diabaikan. Padahal menurut beliau, Pancasila itu SATU KESATUAN tak terpisahkan, ibarat satu pohon dimana semuanya berfungsi agar bisa menhasilkan “buah” yang lezat dan bermanfaat pada semuanya. Boleh jadi satu mungkin berfungsi sebagi AKAR, sebagai Batang, Daun, Bunga dst.

Dan ini dijelaskan gamblang oleh BUYA HAMKA dalam bukunya berjudul “Urat/Akar tunggang Pancasila” yang dibuku itu disebutkan bahwa KETUHANAN YANG MAHA ESA adalah Akar Tunggang Pancasila. Begini penjelasannya :
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah pengakuan adanya kekuasaan diatas seluruh kekuatan manusia. Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Azas dari satu kepercayaan atas KESATUAN ALLAH, dalam ketuhanannya, dalan perbuatannya dan dalam kekuasaannya. Ketuhanan Yang Maha Esa itu TIGA perkara yang SATU. Tiga perkara itu adalah Manusia, Hidup Manusia dan Alam. Sifatnya adalah Rahman dan Rahim atau Pengasih dan Penyayang. Keseimbangan, Keindahan, Kecantikan, dan Keturunan adalah RahmatNYA. Sabda Nabi : “berasa Kasihlah terhadap sesuatu di bumi, maka kamu akan di kasihi oleh yang di langit”.
Lebih jauh HAMKA mengatakan : itulah sebabnya manusia-manusia besar yang telah memulai perjuangan kemerdekaan di tanah Indonesia ini senantiasa berpegang pada Keyakinan Ketuhanan Yang Maha Esa, seperti : Sulthan Hasanuddin, Pangeran Dipenogoro, Tuanku Imam Bonjol, Teuku Cik di Tiro, karena keyakinan pada Ketuhanan Yang Maha Esalah yang menyebabkan Nyala dan Berapi dan membuat sejarah mengagumkan. KYME lah tempat bergantung satu-satunya, tempat bertawekal satu-satunya bagi Bung Karno, Bung Hatta, dan seluruh rakyat Indonesia saat itu.

Sila Kemanusiaan


Lantaran berjuang dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa itu saja, maka dengan sendirinya telah mempunyai Peri Kemanusiaan. Hanya Manusia dan Kesadaran Kemanusiaan yang Luhur yang akan mencerminkan praktek hidup mereka memberi manfaat pada orang lain
.
Sila Keadilan Sosial

Dengan tegas makna FirmanNYA : Bohong pangakuan seorang yang ber KetuhananYang Maha Esa tidak memberikan perlakuan layak bagi anak yatim, fakir miskin, kaum Mustadhafin/teraniaya, dan tidak tolong menolong pada sesamanya. Jadi unsur Ketuhanan Yang Maha Esa lah yang menjadi akarnya untuk berkeadilan sosial.

Sila Kedaulatan Rakyat


Kedaulatan Rakyat adalah kepercayaan dari orang yang berjuang dan berkeyakinan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Barang siapa yang percaya KYME dengan sendirinya pasti yakin akan Kedaulatan Rakyat, Kedaulatan Manusia. Tak ada manusia yang berhak menguasai kemerdekaan manusia lainnya. Tak ada dictator dalam masyarakat seperti itu.

Sila Kebangsaan


Persatuan itu muncul karena semua merasa berasal dari kesatuan, suatu Nasionalisme yang berasal dari rumpun yang satu. Karena Cinta Tanah Air adalah bagian bakti atau ibadah orang yang berketuhanan yang Maha Esa.

Kesimpulan :

KETUHANAN YANG MAHA ESA ADALAH URAT TUNGGANGNYA PANCASILA.

Nah, begitu juga Grup ini AKAR NUSANTARA.
Monggo si share masukkan dari temen-temen tentang ETIMOLOGI AKAR NUSANTARA. Karena IDIOLOGI dari suatu gerakan itu harus memberikan arah yang jelas agar tidak “larut dalam tarian dan gendang” Lawan. Ideologi Grup adalah spirit untuk menjadi “ruh”nya gerakan Taman bermain Pancasila.
Dan nanti akan disimpulkan apa yang menjadi tujuan (goal)nya dan apa yang harus dilakukan : tentang Desa Mandiri, Perubahan Tatanan Bernegara (usulan) buat yang berwenang, menuju kesejahteraan Rakyat yang Adil dan se-bena-benarnya, dsb, dsb....
Jangan sampai gerakan ini sporadis atau berupa sempelan – sempelan seperti selama ini, misalnya : advokasi kasus per kasus, atau terpisah-pisah tidak menyatu dalam satu gerakan dari dasar sampai puncak, dari hulu sampai hilir.

Nah. Kini kita bicara konsepnya dulu. Saya telah mendengar bahwa sudah beberapa Desa yang telah di implementasi, artnya bicara konsep sebetulnya sudah jalan, namun bisa saja untuk disempurnakan dengan istilah Leaming by doing. Agar waktu yang sudah mencapai saat-saat titik nadir bangsa yang terpuruk, dan saya yakin bahwa temen-temen sudah geretan melihat hingar binger yang menghabiskan Energi yang seharusnya untuk membangun kembali diatas REL dimana dulu diawali para pahlawan bangsa. 
Untuk ini monggo dipaparkan hal-hal yang sudah berjalan dan taraf awal ....

Dalam kurun waktu yang akan datang saya berprediksi bahwa dunia dan Nusantara ini akan terjadi krisis pangan dan energy dan mungkin sekarang sudah terjadi. Saya salut juga bahwa temen-temen telah menyikapinya dengan PERTANIAN, memang kita berasal dari Negara Agraris dan pembangunan kita telah keliru mengikuti gaya Negara lain yaitu REVOLUSI INDUSTRI, sebagian benar namun implementasinya copy paste.... plek.... dengan mereka kaum kapitalis. Jadi terjadi krisis 1998.

Andai saja kita mengembangkan industri kita berbasis bahan baku lokal (dulu kapas untuk tekstil) dengan mesin-mesin yang lokal kontennya tinggi sehingga US dolarnya kecil, begitu krisis maka kita tak rugi besar. Begitupun pengembangan ENERGI nya seyogyanya jangan tergantung manajemen minyak minyak bumi. Banyak potensi-potensi penghasil energi yang ramah lingkungan seperti PLTA, PLTPB, atau minyak bakar terbaru (Biodiesel, biofule).

Dulu jaman penjajahan Jepang semua minyak avturnya ditopang oleh minyak biofuel JATROPHA/jarak pagar untuk pesawat – pesawat tempur moncong merahnya. Itu terlihat di daerah Majalengka dan Jatiwangi banyak sisa-sisa pohon Jatropha yang luas, dan disanalah dibuat lapangan terbang May.A.Syaukani di Jatiwangi.

Ada usul dari temen kita bahwa energi Nuklir adalah pilihan alternatif, tapi saya mau bertanya apakah kita siap dengan bahan baku lokalnya U235 saat ini ? Kalu siap..... ok.

Desa Agraris yang saya maksud adalah termasuk kekayaan KELUAR kita, jadi termasuk Desa-desa nelayan. Mereka (nelayan) di desa terpencil menjerit karena harga solar yang tinggi akibat manejemen transportasi kita yang biaya tinggi. Mengapa tidak pake minyak Jarak/biodiesel yang bisa ditanam sendiri oleh mereka di lahan-lahan kritis. ***** ( E-Kar/GPP-NKRI ).

GENERASI PENERUS PEJUANG NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
                                        ( GPP - NKRI ) Juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar