Sabtu, 05 Januari 2013

“ PROSES PERTUMBUHAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA “



A.Latar Belakang.

Dua unsur  yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan yaitu lingkungan dan Manusia “. Kehadiran manusia di bumi akan selalu berhubungan dengan lingkungannnya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial untuk dapat mempertahankan hidupnya. Dalam kondisi seimbang antara manusia yang menghuni bumi dengan kemampuan bumi  untuk menopang kehidupan , maka tidak akan terjadi kerusakan – kerusakanan alam atau kerusakan – kerusakan lingkumgan. Kalaupun terjadi, kerusakannya tidak begitu berarti karena alam mampu memulihkannya. Namun pertumbuhan manusia begitu cepat.
Agar dapat bertahan hidup, manusia harus memenuhi kebutuhannya diantaranya kebutuhan primer, papan, dan sandang. Dengan pertumbuhan populasi manusia yang cepat, kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan juga bertambah cepat. Selain itu sebagai hasil sampingan kegiatan manusia yaitu limbah, khususnya limbah rumah tangga akan semakin bertambah pula. Pertumbuhan populasi telah mengakibatkan perubahan terhadap lingkungan hidup yang juga akan mengancam kehidupan.Untuk memberi sumbangan data peroketan bagi IQSY ( Internasional Queint Sun Year ) tahun 1964 – 1965, pada awal tahun 1965 didirikan Pusat  Antariksa Pameungpeuk secara Crash Program  yang diselesaikan pada bulan juli tahun itu juga . Di bawah pimpinan Dr. A. Baiquni dari Universitas Gadjah Mada, dalam bulan agustus 1965 dilaksanakan eksperimen pengukuran kapadatan ion, sinar kosmos, suhu, dan angin dengan menggunakan rocket – roket Kappa 8 yang dibeli dari Jepang.
Pada tanggal 14 Agustus 1964 roket “ KARTIKA I “ berhasil diluncurkan dari Pantai Cilauteureun. Kewedanaan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat. Roket itu merupakan hasil kerja sama antara Angkatan Udara Republik Indonesia  ( AURI ),      Lembaga Penelitian Angkasa Luar Nasional ( LAPAN ), Institut Teknologi Bandung ( ITB ), dan Pusat Industri Angkatan Darat ( PINDAD ) yang digabung dalam Proyek PRIMA (Proyek Pengembangan Roket Ilmiah dan Militer Awal ). Proyek Prima sebagai salah satu subproyek dari Proyek Roket Ionosfer Angkasa Luar yang dikenal sebagai Proyek “ S “, dipimpin oleh Laksamana Muda Udara Budiardjo dan Kolonel Udara J. Salatun. KARTIKA I, Roket Ilmiah buatan dalam Negeri. Panjang Roket Kartika I adalah 10,5 meter dan beratnya 220 kilogram. Dengan muatan Ilmiah Lima Kilogram, Kartika I dapat mencapai ketinggian 60 kilometer. Dengan Kartika I tersebut Indonesia adalah Negara kedua di Asia setelah Jepang ( Roket Kappa ) yang dapat membuat Roket sendiri.

GPP_NKRI_________________________________________________________________1

Pada bulan Juni 1972, perhatian dunia tentang Lingkungan Hidup telah di awali sejak Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stocholm. Dalam Konferensi ini diperkenalkan prinsip pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan dengan menggunakan pendekatan pengintegrasian aspek – aspek pengelolaan lingkungan dalam pembangunan. Konferensi ini dibuka pada tanggal 5 Juni, yang selanjutnya ditetapkan sebagai Hari Lingkungan Hidup se-Dunia. Dengan  konferensi ini, masalah Lingkungan Hidup bukan lagi masalah local/nasional, melainkan sudah menjadi masalah global. Tetapi konferensi  Stockholm tidak mampu mencegah kerusakan lingkungan. Bahkan setelah konferensi ini  jenis dan jumlah kerusakan lingkungan semakin bertambah. Hal ini dilaporkan oleh komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan ( WCED ) dalam “our Common Future” (Hari Depan Kita Bersama) pada tahun 1987 yang mengemukakan tentang gejala-gejala yang mengancam kehidupan di bumi secara global antara lain sebagai berikut :
1
.   Jumlah populasi manusia semakin banyak dan berlipat ganda dalam tempo yang semakin cepat.
2
.     Bumi makin panas karena efek rumah kaca, yaitu makin tebalnya lapisan      karbondioksida dan gas buangan di atmosfir.
3.   Lapisan Ozon di atmosfir dirusak oleh CFC atau Freon.
4.    Naiknya permukaan Laut.
5.    Air Tawar bersih makin sukar diperoleh.
6.    Terjadinya hujan asam.
7.     Luas Hutan Semakin Berkurang.
8.      Lahan Pertanian semakin tandus.
9.      Padang Pasir makin meluas.
10.  Musnahnya berbagai spesies organisme secara beruntun.
11.  Pencemara air laut oleh bahan berbahaya beracun (B3).

Penyebab dari gejala – gejala tersebut adalah karena gejolak filsafat manusia yang diterapkan pada kehidupan yang nyata, antara lain :

1. Falsafah “imperalisme biologis” bahwa setiap mahluk hidup berjuang mempertahankan hidup untuk dirinya dan anak-anaknya.

2.  Falsafah “Saya  vs bukan saya “ yang mempertentangkan manusia   lawan alam, bahwa alam harus ditundukan

3.   Falsafah tumbuhnya “mentalitas frontier”, keberanian menempuh jarak jauh penuh resiko, mengharap kehidupan yang lebih baik dan hanya memperhitungkan untuk jangka pendek.

GPP_NKRI_____________________________________________________________2

4. Falsafah pembangunan dengan mengembangkan ilmu dan teknologi yang besar dan canggih.

5. Falsafah Anggaran bahwa sumber daya alam di bumi ini tidak    terbatas,berlimpah.

6. Falsafah bahwa manusia ada di atas alam dengan kemampuan     pemikirannya.

7. Falsafah ekonomi, yakni modal minimal untuk meraih keuntungan     maksimal dalam tempo sesingkat mungkin.

Dua puluh tahun setelah konferensi di Stockholm, diadakan lagi konferensi tentang lingkungan di Rio de Janeiro – Brazil yaitu pada bulan juni 1992. Pada konferensi ini prinsip pembangunan berkelanjutan dipertegas kembali dengan pendekatan pengintegrasian tiga aspek yaitu kependududkan, lingkungan dan pembangunan.
Dari gejala-gejala seperti diuraikan di atas, secara garis besar ada dua hal yang perlu ditangani secara sungguh-sungguh melalui berbagai bidang dengan partisipasi masyarakat, yaitu tentang kependudukan dan lingkungan hidup.

 B.  KEPENDUDUKAN .

Kira-kira 700 tahun sebelum masehi jumlah penduduk dunia kurang lebih 5 juta jiwa. Tiga ribu tahun kemudian yaitu sekitar 4000 tahun sebelum masehi penduduk dunia sudah bertambah 4 kali lipat yaitu menjadi 20 juta jiwa. Maka pertumbuhan penduduk dunia dari tahun ke tahun semakin cepat. Ketika itu Mesir Kuno dan Cina sedang menjadi bangsa yang paling maju kebudayaannya. Pada awal tahun masehi penduduk dunia sudah bertambah menjadi sekitar 250 juta jiwa. Jumlah tersebut menjadi dua kali lipat setelah 1650 tahun kemudian yaitu menjadi 500 juta jiwa. Dan ternyata selanjutnya kurun waktu yang diperlukan untuk berlipat dua kainya jumlah penduduk semakin singkat. Jumlah penduduk dunia menjadi 1 miliar jiwa pada tahun 1850, yang berarti hanya dalam waktu 200 tahun dari tahun 1650 jumlah penduduk dunia sudah menjadi dua kali lipat. Selanjutnya jumlah penduduk dunia menjadi 2 miliar jiwa hanya dalam waktu 80 tahun, yaitu pada tahun 1930. Pertambahan penduduk semakin pesat lagi, ketika pada tahun 1987 jumlah penduduk dunia sudah mencapai 5 miliar jiwa dengan angka pertumbuhan rata-rata 2 % pertahun.
Apabila pertumbuhan penduduk tetap 2 %, maka diperkirakan jumlah penduduk dunia akan menjadi 6,9 miliar jiwa pada tahun 2000. Jumlah penduduk yang terus bertambah menuntut
adanya pemenuhan berbagai kebutuhan hidup, minimal kebutuhan hidup yang bersipat primer yaitu : pangan, papan dan sandang, Namun pada era modern ini kebutuhan primer untuk kebutuhan kehidupan manusia  tidak hanya sebatas untuk keberadaannya.

GPP_NKRI________________________________________________________________3

        Untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup tersebut, manusia memanfaatkan sumber daya alam dengan
menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasainya. Semakin tinggi penguasaan pengetahuan dan teknologi seseorang atau sesuata bangsa maka seharusnya mereka semakin baik dalam memanfaatkan sumber daya alam. Namun dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Rusaknya alam beserta sumbar dayanya juga karena adanya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih. Apabila di Negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, tidak jarang suatu produk teknologi yang sudah dimasyarakatkan baru kemudian dampaknya dirasakan. Misalnya terjadi pencemaran tanah, air, udara, dan suara ( bising ); terganggunya siklus air; semakin meluasnya lahan kritis, semakin kompleknya benturan atau alih fungsi penggunaan lahan, dan sebaginya. Semua ini secara luas akan mengganggu keseimbangan lingkungan.

Kerusakan lingkungan dapat pula terjadi karena kebodohan dan kemiskinan. Apa lagi bila hal ini diikuti dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk yang tinggi maka merosotnya daya dukung lingkungan akan semakin cepat. Keadaan demikian ini yang umumnya dialami oleh Negara-negara
sedang berkembang. Lain halnya dengan Negara-negara yang sedang maju, kerusakan lingkungan terjadi karena pola hidup mereka cenderung bersifat boros.

Hubungan manusia dengan alamnya sangat menentukan umpan balik yang di berikan oleh alam kepada manusianya. Kita ketahui bahwa terbatas jumlahnya, ada yang dapat diperbaharui, dan ada  yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam dapat diperbahrui apabila manusianya mau memperbaharuinya. Sumber daya alam dapat terawetkan apabila manusia mau mengawetkannya.

Setiap bangsa di bumi ini ingin membangun negaranya, demikian pula halnya dengan bangsa Indonesia. Namun untuk membangun itu tidak terlepas dari kendala-kendala, dan mungkin setiap Negara mempunyai kendala yang berbeda-beda. Kependudukan di Indonesia hingga saat ini masih merupakan masalah yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembangunan nasional. Oleh karenanya masalah kependudukan perlu ditangani secara sunggu-sungguh dengan berbagai upaya. Masalah kependudukan yang dihadapi oleh Indonesia meliputi jumlah penduduk yang besar, pertumbuhan yang tinggi, sebaran yang tidak merata, perpindahan penduduk dari desa ke kota, dan komposisi penduduk yang kurang menguntungkan.


GPP_NKRI_________________________________________________________________4


1.Jumlah Penduduk yang besar.
     
       Tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia terus bertambah sejak sebelum merdeka hingga sekarang.  Sensus penduduk tahun 1930 jumlah penduduk Indonesia  adalah 60,727 juta jiwa. Jumlah ini hampir menjadi dua kali lipat dalam waktu 40 tahun kemudian, yaitu sebesar 119,208 juta jiwa pada tahun 1971. Selanjutnya pada tahun 1990 jumlah tersebut bertambah mencapai 179,248 juta jiwa. Bahkan berdasarkan catatan dari United Nation Departmen for Economic and Social Imformation and Policy Analysis Population Division jumlah tersebut sudah bertambah menjadi 194,615 juta jiwa pada tahun 1994. Hal ini berarti dalam empat tahun penduduk Indonesia bertambah sekitar 15,367 juta jiwa.
      
 Jumlah penduduk Indonesia apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk Negara-negara lain menduduki peringkat ke empat terbesar di dunia  setelah RRC, India, dan Amerika Serikat, dan merupakan jumlah terbesar di antara jumlah penduduk Negara-negara ASEAN. Jumlah penduduk yang besar sebenarnya merupakan salah satu sumber daya yang menunjang tercapainya tujuan pembangunan nasional, bahkan dalam GBHN di katakan sebagai modal dasar. Namun suatu permasalahan yang muncul dari jumlah penduduk yang besar ini adalah “ Apakah jumlah penduduk tersebut diimbangi dengan kualitasnya ? “.

Salah satu indikator kualitas penduduk adalah pendidikan. Dari indikator pendidikan ini, bahwa pada tahun 1990 hampir 80 % dari penduduk Indonesia yang berusia 5 tahun ke atas hanya berpendidikan Sekolah Dasar. Hal ini akan dijelaskan pada bagian lain termasuk indikator yang lainnya dari kualitas penduduk. Jumlah penduduk yang besar akan mengkonsumsi sumber daya alam dalam jumlah yang besar pula untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Apabila sumber daya alam yang tersedia tidak
mencukupi kebutuhan atau laju pemanfaatan sumber daya alam sangat cepat sehingga kesempatan alam untuk memulihkannya  semakin lambat bahkan akan punah bagi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Namun kelestarian sumber daya alam dan lingkungan juga sangat dipengaruhi oleh kualitas penduduknya. Oleh karenanya jumlah penduduk yang besar dapat menimbulkan masalah pula apabila tidak diimbangi dengan kualitasnya dan tidak diimbangi dengan daya dukung alam/sumber dayanya.



GPP_NKRI_________________________________________________________________5


2.Pertumbuhan Penduduk yang tinggi.
   
 Seperti  telah diuraikan di atas tentang jumlah penduduk Indonesia, junlah penduduk Indonesia terus bertambah dari tahun ke tahun. Tetapi kalau kita perhatikan pertumbuhannya ternyata menunjukkan adanya penurunan data pengurangan.

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia antara tahun 1930 sampai tahun 1961 sebesar 1,99 %. Angka ini cukup kecil bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun-tahun selanjutnya. Antara tahun 1961 sampai tahun 1971 angka pertumbuhan penduduk  meningkat menjadi 2,28 % dan angka ini semakin bertambah tinggi yaitu 2,54 % rata-rata pertumbuhan per tahun sampai dengan tahun 1980. Dengan keberhasilan program Keluarga Berencana angka pertumbuhan ini bisa di tekan, sehingga pada tahun 1985 menjadi 2,15 % per tahun (SUPAS 1985 ) dan angka ini terus menurun sehingga pada tahun 1992 pertumbuhan penduduk Indonesia menjadi 1,64 % rata-rata per tahun (ESCAP 1992). Angka pertumbuhan penduduk tersebut masih dirasakan cukup besar, karenanya perlu upaya untuk menurunkan angka pertumbuhan adalah :
-           
   Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya Keluarga Berencana terutama melalui jalur pendidikan.
-          Menunda usia perkawinan ( usia 20 tahun untuk wanita dan usia 25 tahun untuk pria ).

3.Sebaran Penduduk yang tidak Merata.
     
Manusia selalu ingin tinggal pada suatu tempat yang mempunyai kemudahan-kemudahan dalam berbagai hal untuk menunjang kehidupannya. Misalnya saja kemudahan dalam hal Lapangan Pekerjaan, kemudahan dalam kesempatan mengikuti pendidikan, kemudahan dalam hal mencari nafkah, dan sebagainya. Pada hal seperti kita ketahui bahwa setiap daerah mempunyai potensi yang berbeda dalam berbagai kemudahan tersebut di atas. Dengan adanya perbedaan potensi ini maka terjadilah konsentrasi jumlah penduduk pada daerah-daerah tertentu, sehingga terdapat daerah yang banyak dihuni oleh penduduk dan sebaliknya terdapat daerah yang dihuni oleh penduduk dalam jumlah sedikit. Ada daerah padat penduduk dan ada daerah yang jarang penduduk, dengan kata lain persebaran penduduk tidak merata seperti yang kita ketahui sekarang ini.Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan luas wilayah 1.919.317 km2. Jumlah pulau sekitar 17.000 pulau besar dan kecil. Berdasarkan sensus penduduk tahun 1990 jumlah penduduk Indonesia adalah 179,248 juta jiwa. Masing-masing pulau mempunyai luas yang berbeda dan di huni oleh penduduk dengan jumlah yang berbeda.


GPP_NKRI_________________________________________________________________6


Dari  lima pulau besar yaitu Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, Jawa, dan Irian Jaya. Pulau Jawa merupakan pulau yang terkecil dengan jumlah penduduk terbanyak, sekitar 60 % dari jumlah penduduk Indonesia tinggal di pulau Jawa yang hanya memiliki luas 6,89 % dari luas Indonesia. Bila dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya akan menunjukkan perbandingan yang sangat timpang. Contohnya Pulau Kalimantan dengan luas sekitar 539,460 km2 atau 28,10 % dari luas Indonesia dihuni oleh 9,096 juta jiwa saja.  Untuk mencapai keseimbangan atau pemerataan jumlah penduduk dapat dilakukan dengan pelaksanaan program Transmigrasi, dan program pembangunan Ekonomi di daerah. Selain itu yang lebih penting lagi adalah pemerataan akan kemudahan – kemudahan dalam berbagai hal penunjang kehidupan pemerataan pembangunan berbagai bidang.

4.Komposisi Penduduk yang  tidak menguntungkan
            
 Komposisi Penduduk adalah kelomposisi atau sebaran penduduk berdasarkan karakteristik tertentu.  Karakteristik ini dibedakan menjadi dua yaitu karakteristik biologis dan karakteristik sosial. Karakteristik biologi yang lazim dipakai ialah unsur dan jenis kelamin, sedangkan karakteristik sosial antara lain Pendidikan, Agama, Pekerjaan. Yang akan diuraikan selanjutnya hanya komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin. Karakteristik umur dan jenis kelamin mempunyai pengaruh yang penting terhadap tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi. Tingkat kelahiran sangat dipengaruhi oleh komposisi umur penduduk.
                
 Komposisi umur penduduk yang lazim digunakan dengan interval lima tahunan, yaitu 0-4 tahun, 5-9 tahun, dan seterusnya.  Selain itu, juga dikelompokkan menjadi tiga besar yaitu :

1.      Usia anak-anak adalah penduduk yang berusia 0 tahun sampai 14 tahun.
2.      Usia kerja adalah penduduk yang berusia 15-64 tahun.
3.      Usia lanjut adalah mereka yang berusia 65 tahun atau lebih.

 Berdasarkan kelompok umurnya, komposisi penduduk Indonesia dikatakan tidak menguntungkan. Dari hasil sensus penduduk tahun 1990, sekitar 65,690 juta jiwa penduduk Indonesia adalah kelompok usia anak-anak dan 106,702 juta jiwa penduduk usia kerja.
sedangkan 6,756 juta jiwa adalah penduduk usia lanjut.  Jadi kita ketahui bersama bahwa kelompok umur kurang dari 15 tahun merupakan kelompok penduduk yang belum produktif.
              

GPP_NKRI__________________________________________________________________7


Untuk memenuhi kebutuhan hidup kelompok ini sangat tergantung kepada mereka yang produktif yaitu kelompok umur 15 tahun sampai 64 tahun. Demikian juga dengan mereka yang sudah tidak produktif lagi yaitu kelompok umur lebih dari 64 tahun. Oleh karenanya komposisi penduduk berdasarkan umur  sangat berpengaruh terhadap angka ketergantungan ( dependency ratio ) yaitu angka yang menyatakan banyak orang yang berusia  di bawah 15 tahun dan atau 65 tahun ke atas dari setiap 100 orang yang berumur 15 – 64 tahun. Angka ini masih cukup besar dan berpengaruh terhadap kondisi sosial karena setiap 100 orang  produktif harus menanggung beban terhadap 68 orang lainnya. Namun demikian angka ini telah menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam menekan rasio ketergantungan. Karena kalau dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Rasio ketergangtungan tahun 1990 lebih rendah. Pada tahun 1980 rasio ketergantungan sebesar 75, bahkan tahun 1971 mencapai 87.

Demikian pula dengan tingkat kelahiran, komposisi umur penduduk sangat besar pengaruhnya. Tinggi rendahnya kemampuan  melahirkan (fertilitas) sangat dipengaruhi oleh struktur umur penduduk. Untuk memperkecil angka ketergantungan dapat dilakukan dengan usaha memperkecil jumlah penduduk pada kelompok usia yang tidak produktif dapat menjadi kecil. Disamping itu untuk mengatasi kebutuhan lapangan kerja yang akan datang bagi mereka yang sekarang tergolong kelompok tidak produktif, maka harus disediakan lapangan kerja yang cukup.

5.Perpindahan penduduk ke Kota.
         
Perpindahan atau Migrasi dari satu tempat ke tempat lain biasanya disebabkan karena adanya faktor yang mendorong  (push factor) dari tempat asalnya dan atau factor yang menarik (pull factor) yang ada di tempat tujuannya.
         
Di Negara-negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia pada umumnya arus migrasi terjadi dari desa ke kota cukup besar.     Perpindahan yang mereka lakukan dengan berbagai alasan, diantaranya memperbaiki nasib, mencari nafkah, mencari kerja, melanjutkan sekolah yang semua ini tersedia di daerah perkotaan. Pertumbuhan Industri dan sektor-sektor non pertanian lainnya yang cukup pesat di daerah perkotaan merupakan faktor penarik yang cukup besar. Sedangkan kondisi agraris di daerah pedesaan dengan segala kekurangannya ( antara lain :    upah buruh murah, pekerjaan bersifat musiman, tidak nyaman karena bekerja di luar ruangan ) merupakan faktor pendorong untuk melakukan migrasi. Kota merupakan tumpuan harapan, akibatnya kota menjadi padat penghuni. Terjadilah kesenjangan kepadatan dan jumlah penduduk antara kota dan desa.


GPP_NKRI__________________________________________________________________8        
        
 Urbanisasi tidak saja mengakibatkan padatnya penghuni di daerah perkotaan, tetapi berbagai gejala lainya juga muncul. Diantaranya : pengangguran, tindak kriminal, hunian liar dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat merupakan sisi yang kontradiksi dari kemegahan suatu kota. Hal ini terjadi karena meraka yang pindah ke kota tidak selalu mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup. Sementara kota sendiri dengan segala sumber dayanya yang terbatas tidak mampu utnuk memenuhi segala kebutuhan penduduknya yang heterogen itu.
          
Untuk menutup urbanisasi adalah suatu hal yang tidak mungkin. Oleh karenanya untuk membatasi atau memperkecil arus urbanisasi harus dilihat kembali pada dua faktor penyebab, yaitu faktor pendorong yang terdapat di tempat asal dan faktor penarik yang terdapat di tempat tujuan. Dengan menciptakan faktor penarik di daerah asal, maka orang cenderung tidak akan pergi meningglkan daerah asalnya. Mereka pergi meninggalkan daerah asalnya karena tidak adanya lapangan kerja, maka apa bila diciptakan lapangan kerja tentunya mereka tidak akan melakukan urbanisasi.

6.Kualitas sumber daya manusia.

Penduduk/masyarakat kita menyaksikam keadaan kehidupan kesehariannya berbeda-beda dalam berbagi hal. Misalnya saja, ada penduduk yang dikatakan miskin dan ada yang dikatakan kaya. Ada yang tinggal di hunian liar/kumuh atau slum ada yang tinggal di hunian mewah/elite. Tidak sedikit anak usia sekolah yang menjadi penjaja Koran, tukang semir, pengais sampah umumnya di perkotaan, dan bekerja di sawah bagi mereka yang tinggal di pedesaan. Kelahiran bayi yang karena kekurangan gizi beberapa saat kemudian mati. Pencari kerja dan pengangguran dengan berbagai latar belakang pendidikan banyak terjadi di kota-kota. Semua ini menunjukan gejala kualitas sumber daya manusia/penduduk. Kualitas sumber daya manusia berkaitan erat dengan kebutuhan manusia baik yang bersifat primer maupun sekunder. Misalnya saja pemenuhan pangan dan gizi, kesehatan, pendidikan  dan sebagainya. Dengan demikian sumber daya manusia dapat di bedakan menjadi dua jenis  yaitu kualitas fisik dan kualitas non fisik. Kualitas fisik ditandai dengan seimbangnya antara tinggi dan berat badan, cukup makanan dan gizi. Untuk mencapai kualitas fisik yang baik dapat dilakukan dengan pemberian menu makan yang baik dan pelayanan kesehatan. Kualitas non fisik dimaksudkan dalam hal kemampuan otak, penguasaan keterampilan, dan keteguhan iman. Untuk   mencapai kemampuan otak yang baik, menguasai keterampilan, dan keteguhan iman dapat dilakukan melalui pendidikan.


GPP_NKRI_________________________________________________________________9      


 Pangan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang bersifat primer. Sejak pemerintahan orde baru bangsa Indonesia berangsur-angsur menjadi bangsa yang tidak lagi kekurangan bahan makanan utama yaitu beras pada umumnya. Namun pangan ini tidak bisa hanya dilihat dari sisi kualitasnya. Makanan yang berkualitas adalah makanan yang bergizi tinggi. Tinggi rendahnya pemenuhan gizi penduduk merupakan salah satu indikator tinggi rendahnya kualitas penduduk. Gizi yang baik hendaknya diberikan sejak dini, yaitu dalam masa balita (usia di bawah 5 tahun) agar pada waktunya dewasa nanti mereka bisa tampil sebagai manusia yang berkualitas baik, sehingga sebagai generasi penerus dapat melanjutkan perjalanan bangsa dengan baik pula.
Faktor lain sebagai indikator kualitas sumber daya manusia adalah tingkat pendidikan dan banyak jumlah penduduk yang buta huruf. Pendidikan merupakan media dan sekaligus sebagai sarana untuk seseorang atau sesuatu bangsa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang memang dibutuhkan dalam era modern ini. Bagi yang berpendidikan rendah apalagi buta huruf berarti mereka tidak akan dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan baik.

Berdasarkan sensus penduduk tahun 1990, pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk usia lima tahun keatas masih sangat memprihatinkan, karena hampin 80% dari mereka hanya berpendidikan Sekolah Dasar. Tinggi rendah tingkat pendidikan  suatu bangsa atau Negara juga dapat tercermin dari kondisi/mutu tenaga kerja berdasarkan latar belakang pendidikannya. Pada tahun 1990, sekitar 78% dari jumlah tenaga kerja yang hanya mempunyai latar belakang pendidikan Sekolah Dasar sampai tidak sekolah. Sekitar 4,65% saja yang mempunyai latar belakang pendidikan Akademi dan Universitas, selebihnya mereka yang berlatar belakang pendidikan SLTP, SMU, dan SMK. Perbedaan persentasi antara tenaga kerja laki-laki dan perempuan tidak begitu besar untuk tinggat Sekolah Dasar. Pada tingkat Sekolah Lnjutan Tingkat Atas jumlah tenaga kerja perempuan jauh lebih banyak dari tenaga kerja laki-laki. Sedangkan pada tingkat Akademi/Universitas terjadi sebaliknya, yaitu jumlah tenaga kerja laki-laki lebih banyak dari tenaga kerja perempuan. Keadaan ini merupakan salah satu indikator bahwa minat kaum perempuan untuk melanjutkan sekolah/pendidikan ke jenjang Akademi/Universitas lebih rendah dari laki-laki.
Penduduk Indonesia yang tidak mampu baca tulis (buta huruf) berdasarkan sensus penduduk tahun 1990 berjumlah 12.362.859 orang atau sekitar 7% dari jumlah penduduk. Sekitar 54%  dari penduduk yang buta huruf adalah perempuan dan selebihnya laki-laki. Sekitar 88% penduduk buta huruf terdapat/tinggal di pedesaan dan 12 % di antaranya tinggal di perkotaan.


GPP_NKRI_________________________________________________________________10


Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui bidang pendidikan maka pemerintah telah melakukan berbagai upaya antara lain pemberantasan buta aksara dan angka melalui Kelompok Belajar (Kejar) Paket A, SMP terbuka, dan Wajib Belajar 9 Tahun.

C.  Lingkungan Hidup.
          
Meningkatnya Pertumbuhan penduduk yang cepat, permintaan berbagai barang/benda untuk dikonsumsinya akan meningkat. Barang-barang/benda-benda yang dikonsumsi itu diperoleh dari lingkungannya. Misalnya : air, mineral, hutan (kayu dan hewan), lahan, laut (ikan dan berbagai biota lainnya), semua ini disebut dengan sumber daya alam. Sumber daya alam mempunyai sifat berbeda-beda, yaitu : ada yang dapat diperbaharui, ada yang tidak dapat diperbaharui. Dan sifatnya yang umum adalah jumlahnya terbatas serta penyebarannya tidak merata. Apabila pemanfaatan sumber daya alam ini berlebihan, karena meningkatnya jumlah yang membutuhkan, maka akibatnya sumber daya alam akan habis dalam waktu yang cepat, utamanya bagi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Bagi sumber daya alam yang dapat diperbaharui juga akan terganggu untuk proses pembaharuannya dan akan mendatangkan kerusakan lingkungan.
       
 Manusia dalam aktifitasnya juga menghasilkan barang atau benda sisa yang tidak lagi dibutuhkannya dan lazim disebut dengan limbah. Selanjutnya limbah tadi dibuangnya ke lingkungan tempat ia tinggal. Limbah yang dibuang ke lingkungan, dalam jumlah yang relatif sedikit tidak akan mengganggu stabilitas lingkungan, karena alam mampu menetralisir atau memetabolisma limbah tersebut. Tetapi limbah dalam jumlah yang banyak akan mengakibatkan menurunnya stabilitas dan kualitas lingkungan, karena kemampuan alam untuk menetralisirnya terbatas. Pada saat itulah terjadi pencemaran lingkungan.

Terganggunya stabilitas dan kualitas lingkungan, dalam waktu lambat atau cepat akan mengganggu aktifitas manusia. Misalnya saja pemanfaatan sumber daya hutan dengan penebangan kayu yang berlebih, maka gejala-gejala berikut ini akan menyertainya : sulitnya memperoleh air bersih karena siklus air terganggu, tingkat erosi tinggi, pelumpuran yang cepat pada bendungan dan waduk, banjir pada daerah bawah, dan sebagainya. Satu saja unsur lingkungan itu kita rusak atau kita ganggu, maka unsur lainnyapun akan terganggu karena unsur-unsur dalam suatu lingkungan terkait dalam satu sistem yang disebut dengan Ekosistem.
Oleh karenanya diperlukan kreatifitas kita sebagai khalifah dalam memanfaatkan alam dengan segala sumber dayanya agar dapat mencegah kerusakan bumi kita yang hanya satu ini.
 Beberapa masalah lingkungan yang dihadapi pada dewasa ini antara lain : “ kemorosotan sumber daya alam dan perusakan lingkungan serta pencemaran lingkungan”.


GPP_NKRI_________________________________________________________________11


1.Kemorosotan Sumber Daya Alam dan Perusakan Lingkungan.
           
Salah satu indikator kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari kemajuan industrialisasinya. Aktivitas industrialisasi tersebut antara lain disebabkan oleh motif peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi sendiri sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk dan ketersediaan sumber daya alam. Makin tinggi pertumbuhan penduduk  dan pertumbuhan ekonomi, akan meningkatkan tekanan terhadap sumber daya alam yang ada, sehingga terjadi kemorosotan sumber daya alam  baik dari sisi kuantitas maupun dari sisi kualitasnya. Beberpa gejala yang dapat menunjukkan adanya kemorosotan sumber daya alam adalah : penyempitan wilayah hutan dan bertambah luasnya lahan kritis.

a.Penyempitan Wilayah Hutan.
       
Hutan merupakan areal pertumbuhan pohon-pohon yang bersama dengan unsur-unsur lainnya membentuk persekutuan alam hayati beserta alam lingkungannya (UU nomor 5 th 1967 tentang Pokok-Pokok Kehutanan). Dari batasan ini menunjukan bahwa hutan merupakan ekositem yang komplek dan dengan keterkaitan yang tidak dapat diabaikan antara tanah, air, sinar matahari, udara (sebagai unsur non hayati), dan unsur hayati yang semuanya merupakan komponen-komponen pembetuk hutan.
       
Adapun dua fungsi pokok hutan, yaitu fungsi ekologis dan fungsi ekonomis. Sebagai fungsi ekologis hutan mampu memelihara tata air dan secara luas siklus hidrologi yang secara alami harus terus berlangsung mulai dari evaporasi (penguapan) sampai jatuhnya air sebagai hujan (presipitasi).Air hujan sebagian ditangkap oleh dedaunan tumbuhan, kemudian mengalir melalui ranting dan batang selanjutnya masuk kedalam tanah melalui akar dan pori-pori tanah. Demikian juga air hujan yang jatuh langsung kepermukaan tanah sebagian akan masuk ke dalam tanah melalui seresah dan pori-pori tanah. Air hujan yang masuk kedalam tanah sebagian akan memberikan kelembaban/kelengasan terhadap tanah yang biasa disebut dengan air tanah (soil water) yang sangat bermanfaat bagi kehidupan tumbuhan, sedangkan sebagian lagi masuk dan ditampung dalam lapisan batuan yang kedap air (akifer) dan menjadi air tanah (groundwater) yang banyak dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup manusia. Sebagian dari air hujan masuk ke laut melalui sungai-sungai dan limpasan aliran permukaan. Rusaknya hutan berarti akan mengganggu siklus air. Semakin besar air hujan yang lari dipermukaan tanah karena rusak atau hilangnya hutan berarti imbuh (recharge) air tanah semakin berkurang.
         
 Tidak hanya itu. Rentetan bencana pun akan menyertainya antara lain banjir, erosi, dan kekurangan air.  Hutan juga menghisap karbondioksida dari udara dan mengembalikan oksigen bersih ke lingkungan karena hutan mampu menyaring udara kotor akibat pencemaran oleh sisa-sisa pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dan industri. Kehilangan hutan berarti akan menyebabkan akumulasi polutan di atmosfir dan mengurung udara panas yang dipantulkannya ke bumi. Akibatnya bahwa suhu udara di bumi semakin tinggi.


GPP_NKRI_________________________________________________________________12


Disamping memiliki fungsi ekologi, hutan juga memiliki fungsi ekonomis yang sangat besar. Dalam kegiatan ekonomi manusia telah banyak memanfaatkan hutan antara lain pengambilan hasil hutan terutama kayu, getah-getahan, buah-buahan, dan hewan untuk berbagai kepentingan. Demikian juga dengan lahannya itu sendiri yang banyak dijadikan sebagai lahan pertanian untuk dapat menghasilkan padi ataupun hasil pertanian lainnya. Mereka bertani dengan sistim tebang bakar dan berpindah lahan apabila lahan yang pertama sudah tidak subur lagi.

Kegiatan tebang bakar dan pindah ini berlangsung terus menerus . Dalam periode waktu pindah yang cukup lama, lahan yang ditinggalkan akan sempat tumbuh lagi menjadi hutan. Tetapi apabila periode pindahnya dalam waktu yang singkat maka penghutanan kembali secara alami tidak akan terjadi, bahkan hanya akan menjadi padang alang-alang atau lahan kritis. Bertambahnya penduduk setiap tahun dengan angka pertumbuhan yang cukup tinggi tentunya membutuhkan perluasan lahan untuk berbagai sarana, diantaranya untuk lahan pertanian, pemukiman, jalan, dan bangunan lainnya. Singkatnya periode pindah “peladang berpindah” dapat terjadi karena semakin banyaknya jumlah keluarga atau anggota keluarga.
Untuk peternakan tentunya membutuhkan lahan penggembalaan, demikian juga kebutuhan kayu akan meningkat jumlahnya. Untuk memenuhi kebutuhan kayu tersebut sasaran utama adalah hutan. Sehingga terjadilah penyempitan wilyah hutan atau bahkan kerusakan hutan. Disamping itu kerusakan hutan dan penyempitan hutan juga terjadi karena kebakaran.
Hutan hujan tropis terdapat disepanjang garis khatulistiwa dari mulai Amerika Tengan, Afrika Tengah, Asia Tenggara dan kepulauan di Lautan Pasifik. Daerah hutan hujan tropis yang terluas dan masih baik hingga saat ini berada di kawasan Asia Tenggara terutama di Indonesia. Berdasarkan data tahun 1985, 53 % hutan hujan tropis tersebar di tiga negara yaitu Indonesia, Brazil, dan Zaire. Dari jumlah tersebut 10 % diantaranya terdapat di Indonesia. Jumlah ini merupakan terluas di Asia dan nomor tiga di dunia. Laju penebangan dan perusakan hutan dewasa ini di perkirakan dengan kecepatan 11 juta hektar per tahun atau sekitar 20 hektar setiap menitnya. Pada kecepatan ini seluruh hutan tropis akan lenyap dalam jangka waktu 85 tahun. Terutama untuk kawasan hujan tropis Afrika Barat dan hutan –hutan dataran rendah di Malaysia. Indonesia dan Filipina yang dinilai paling bernilai dan paling kaya akan jenisnya.

Laju pengurangan/penyempitan wilayah hutan di Indonesia pada tahun 1985 mencapai 700.000 hektar per tahun. Pembukaan hutan untuk proyek-proyek pembangunan mencapai 250.000 hektar per tahun. Konversi hutan untuk perkebunan mencapai 500.000 hektar per tahun. Hasil studi tahun 1986/1987 menunjukan bahwa berkurangnya hutan akibat praktek perladangan berpindah seluas 14 juta hektar di Sumatra, 11 juta hektar di Kalimantan, dan 2 juta hektar di Irian Jaya. Dan kerusakan hutan akibat kebakaran diperkirakan mencapai 100.000 hektar per tahun.


GPP_NKRI_________________________________________________________________13


Kerusakan hutan sebenarnya tidak terbatas pada fisik hutan semata, hal lain yang lebih penting adalah turut musnahnya plasma nutfah. Hutan (khususnya hutan tropis) secara genetis merupakan tata lingkungan terkaya pada planet bumi. Akibat laju perusakan hutan yang demikian hebat 25 000 jenis tanaman dan lebih dari 1000 jenis dan sub jenis mamalia, burung, reptilia, dan ikan terancam punah. Angka-angka tersebut belum termasuk hilangnya jenis-jenis binatang kecil seperti moluska dan serangga.

b.Bertambahnya Lahan Kritis.
      
 Akibat dari praktek pertanian yang tidak terarah dan akibat tekanan yang berat terhadap lahan, diperkirakan akan banyak lagi terjadi peristiwa erosi, salinitas dan penggenangan air dari tanah, dari irigasi dan terbentuknya padang pasir di daerah-daerah kering. Menurut laporan PBB diperkirakan 10 % dari total lahan irigasi telah mengalami penurunan produktivitas yang nyata karena penggenangan dan 10 % lainnya produkvitas menurun karena proses salinitas. Selain ini dengan adanya usaha intensifikasi pertanian tanpa memandang batas-batas daya dukung tanah, akan menyebabkan kerusakan tanah.
       
Akibat yang serius dari masalah tekanan terhadap lingkungan terrestrial terutama masalah erosi. Terbukanya permukaan tanah akibat hilangnya vegetasi penutup menyebabkan jatuhnya titik hujan atau hembusan angin kepermukaan tanah secara langsung karena tidak ada lagi penghalangannya. Akumulasi dari besarnya butir-butir yang menghantam tanah akan menghasilkan gaya potensial yang mampu mengerosi dan memindahkan tanah terutama tanah atas ( top soil ) sebagai lapisan yang subur. Akibat dari gejala ini sejumlah besar tanah subur terkikis. Hilangnya lapisan tanah subur akibat erosi dibeberapa negara diperkirakan sebagai berikut : Di Kolombia 400 juta ton/tahun, di Ethiopia 1 miliar ton/tahun, di India 6 miliar ton/tahun. Di Lowa bagian selatan Amerika Serikat akibat erosi ini diperkirakan telah kehilangan sebanyak setengah dari lapisan tanah atas (top soil).
       
Di Indonesia, laju erosi tanah berdasarkan data Pusat Penelitian Tanah, mengalami peningkatan yang pesat. Pada Tahun 1911 sebesar 1,1 mm per tahun 6,3 mm per tahun sampai dengan tahun 1970. Akibat tingginya laju erosi tersebut lahan kritispun semakin luas. Berdasarkan data tahun 1989 luas tahan kritis di Indonesia telah mencapai 43 juta hektar. Di Indonesia laju erosi tertinggi terjadi di pulau Jawa. Pada berbagai aliran sungai (DAS) daya erosi mencapai 200.000 ton pertahun.
      
Apabila laju kehilangan lapisan tanah atas seperti di atas tetap berlangsung, maka diperkirakan sepertiga lahan pertanian akan musnah hanya dalam waktu 20 tahun. Gurun pasir akan meluas dengan kecepatan 600.000 km2 ( dua kali luas Belgia ) setiap tahunnya. Untuk menghindari hal ini PBB melalui The United Nations Comference on Desertification (1975) menganjurkan setiap pemerintahan merumuskan program untuk memerangi perluasan gurun (desertification) sesuai rencana pembangunan yang terintegrasi dan menyeluruh yang mampu bergerak di luar batas pendekatan sektoral.


GPP_NKRI_________________________________________________________________14


2.Pencemaran Lingkungan.
       
Aktivitas industri yang semakin berkembang tidak hanya berdampak negatif terhadap sumber daya alam dari sisi kuantitasnya saja, melainkan dari sisi kualitaspun dampak negatif tersebut akan dirasakan. Aktivitas industri selain menghasilkan produk yang dibutuhkan oleh konsumen, juga menghasilkan sampah atau limbah. Sampah atau limbah yang dikembalikan ke lingkungan pada kondisi dan jumlah tertentu dapat menyebabkan tercemarnya lingkungan. Apabila suatu lingkungan sudah tercemar artinya aktivitas industri diantaranya tanah, air dan udara.

a.Pencemaran Tanah.
       
Tanah merupakan batuan yang bersifat lunak yang terdapat dibagian atas lithosfir yang komponen penyusunnya terdiri dari bahan organik. Tanah dilihat dari prosesnya merupakan hasil akhir dari proses pelapukan batuan baik secara fisik maupun secara kimia dan atau secara biologis. Untuk menghasilakn tanah melalui proses pelapukan ini membutuhkan waktu yang lama dalam puluhan tahun bahkan ratusan tahun. Oleh karenanya apa bila lapisan tanah tercemar atau bahkan hilang maka untuk pemulihannya membutuhkan waktu yang cukup lama.
       
Tanah dapat tercemar oleh berbagai polutan terutama berasal dari limbah rumah tangga, industri, dan kegiatan pertanian dengan menggunakan pestisida. Dampak pencemaran tanah dapat berupa menurunnya estetika, menurunnya kegunaan tanah bagi pertanian serta meningkatnya kandungan residu pestisida dalam tanah.
       
Aktivitas penambangan bahan galian, terutama penambangan terbuka juga dapat menimbulkan kerusakan dan pencemaran tanah. Diantara kegiatan pertambangan yang memiliki potensi besar dalam merusak dan mencemarkan tanah adalah pertambangan emas. Kerusakan tanah yang terjadi tidak hanya kegiatan penggalian, tetapi juga akibat penggunaan air raksa (mercuri/Hg) yang tergolong sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3). Berdasarkan cacatan statistik, luas lahan kegiatan pertambangan resmi pada taraf eksploitasi seluas 4,7 juta hektar dan eksplorasi seluas 978 ribu hektar. Selain pencemaran tanah oleh Hg, pencemaran tanah oleh timpahan atau buangan olie bekas merupakan masalah yang cukup serius pada saat ini.Olie yang sudah berikatan dengan partikel tanah, sukar untuk dipisahkan kembali dan keadaan ini menyebabkan kemunduran fertilitas tanah.

b.Pencemara air.
       
 Air merupakan salah satu kebutuhan hidup yang paling penting, keberadaannya tidak bisa digantikan dengan benda lain. Berdasarkan sifatnya air termasuk sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources), tetapi kenyataannya sering terjadi gejala kekurangan air pada suatu daerah.


GPP_NKRI_________________________________________________________________15
        

Di kota-kota besar seperti Jakarta, pada musim kemarau banyak penduduk yang berusaha menambah kedalaman pipa sumur pompanya untuk mendapat air yang cukup, dan ini terjadi hampir setiap tahun.
 Keadaan ini menunjukan bahwa ketersediaan air tidak pernah bertambah, bahkan cenderung terus menurun baik kuantitas maupun kualitasnya.  

 Menurunnya kualitas air, baik air permukaan ataupun air tanah disebabkan oleh dua fenomena, yaitu adanya pencemaran dan rusaknya lingkungan sumber air. Kedua fenomena tersebut akan menurunkan kemampuan alam dalam menyediakan air bersih yang layak untuk berbagai kebutuhan, utamanya untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
       
Air yang digunakan di Indonesia untuk kebutuhan sehari-hari berasal dari sungai, danau, waduk, air hujan, dan air tanah. Di Indonesia terdapat sekitar 200 sungai penting, namun sebagian besar dari jumlah tersebut sudah tercemar airnya oleh buangan limbah. Berbagai gangguan kesehatan penduduk seringkali terjadi karena mengkonsumsi air yang telah tercemar oleh bahan berbahaya dan beracun (B3), deterjen, nitrat, fhosfat, bermacam bakteri dan virus.
       
Pencemaran air dan kerusakan lingkungan sumber air umumnya disebabkan oleh perilaku manusia. Sebagai contoh praktek bertani di daerah dataran tinggi yang tidak memperhatikan kemiringan lerengnya akan mengakibatkan peristiswa longsor tebing-tebing bagian hulu suatu daerah aliran sungai. Contoh lain yaitu terjadi erosi yang disebabkan kerena terbukanya lahan tanpa vegetasi penutup sehingga mempertinggi air larian (surface runoff) dan memperkecil air yang terinfiltrasi ke dalam batuan dibawah permukaan tanah. Demikian juga dengan pencemaran air oleh berbagai kegiata manusia. Contohnya dalam bidang pertanian, dengan intensifikasi pertanian petani dipicu untuk menghasilkan yang sebanyak-banyaknya, maka digunakanlah berbagai obat dan pupuk dengan jumlah yang banyak yang larutannya tidak sedikit mencemarkan air. Demikian juga dengan industri yang membuang limbahnya ke badan air, maka secara langsung air tersebut sudah tercemar. Limbah rumah tangga pun cukup besar andilnya dalam mencemarkan air terutama di daerah perkotaan.
       
Pencemaran air karena sektor industri terutama terkonsentrasi di sepanjang pantai utara pulau jawa. Sekitar 76% pabrik dan 80% industri besar dan sedang terdapat di pulau Jawa. Juga ditunjukan bahwa limbah industri merupakan 50% dari beban pencemaran daerah aliran sungai. Dari sektor pertambangan, yang berpotensi menimbulkan pencemaran air adalah pertambangan minyak bumi, terutama berasal dari pertambangan lepas pantai, tumpahan dan bocornya kapal tangker pengangkut.
       Sektor pertanian yang menyebabkan pencemaran air terutama karena sistim intensifikasi yang banyak menggunakan pupuk buatan dan pestisida. Pembuatan pupuk buatan telah meningkat dari 6 kilogram pada tahun 1960, menjadi 260 kilogram per hektar sawah pada tahun 1986.


GPP_NKRI_________________________________________________________________16


 Demikian juga penggunaan pestisida 4.300 ton pada tahun 1979 meningkat menjadi 18.000 ton per tahun pada tahun 1987. Dalam praktek pertanian, kehilangan pestisida akibat in-efisiensi diperkirakan mencapai 35% demikian juga dengan penggunaan pupuk.
 Masuknya pestisida ke badan air dapat meracuni organisma-organisma air seperti ikan. Untuk badan air yang tertutup sepert danau dan waduk, masuknya pestisida dan pupuk dalam jumlah banyak dapat mrnyuburkan pertumbuhan algae yang dalam waktu tertentu menyebabkan terjadinya peristiwa eutrofika.

c.Pencemaran udara.
       
Pertumbuhan penduduk yang pesat dan berkenbangnya budaya manusia, menyebabkan terjadinya perubahan komposisi gas-gas yang ada di atmosfer. Budaya Industri serta dengan berbagai macam produknya termasuk transportasi menghasilkan dan meninggalkan gas-gas buangan berupa CO2, Nox, Sox, CFC dan partikel-partikel debu di atmosfer . Keadaan tersebut ternyata menyebabkan berbagai dampak di permukaan bumi ini. Meningkatnya kadar CO2 di atmosfer ternyata menimbulkan gejala efek rumah kaca, sehingga suhu udara di permukaan bumi makin tinggi. Akibatnya terjadi penggeseran Iklim, perubahan pola curah hujan pada suatu wilayah. Meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca pada akhir-akhir ini, diperkirakan menyebabkan kecenderungan kenaikan suhu atmosfer 0,3 sampai 0,4 C per dekade. Freon atau dikenal dengan gas CFC (chloro fluoro carbon) juga berperan sebagai perusak ozon (O3) di atmosfer, dimana ozon ini berfungsi sebagai filter ultra violet yang dipancarkan sinar matahari. CFC terutama dipakai untuk sistem pendingin, gas pendorong pada alat penyemprot (aerosol) pada industri. Dengan rusaknya lapisan ozon, maka makin banyak sinar ultraviolet yang akan mencapai permukaan bumi. Pada tingkat tertentu radiasi ultraviolet dapat menyebabkan kanker kulit dan merusak jaringan kehidupan di buka bumi.
       
Pelepasan gas buang Nox dan Sox ke atmosfer, setelah mengalami beberapa transpormasi kimia akan berubah menjadi senyawa asam (asam sulfat H2SO4 dan asam nitrat HNO3). Senyawa tersebut akan larut dalam uap air yang terkondensasi di atmosfer. Waktu terjadi hujan senyawa tersebut ikut turun dan menyebabkan fenomena hujan asam. Hasil pemantauan menunjukan pH rata-rata tahunan dalam periode 1982 antara 5,2 – 5,6 di stasiun Jakarta, 5,4 – 5,2 di stasiun Cisarua, 5,4 di stasiun Medan dan 5,3 di stasiun Palembang. Hujan asam dapat menyebabkan hancurnya hutan, tanaman pertanian, danau (perikanan), tanah, dan merusak materi bangunan. ********

                                                                      
                                 Disusun Oleh : E.Karmana.
                          
                                    GENERASI PENERUS PEJUANG
                        NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
                                               ( GPP - NKRI )
                                                                     

GPP_NKRI__________________________________________________________________17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar